Profil Desa Kampungbaru
Ketahui informasi secara rinci Desa Kampungbaru mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Jelajahi profil Kelurahan Kampungbaru, Pasar Kliwon, Surakarta. Kenali sejarahnya sebagai pusat komunitas Arab, potensi wisata religi Masjid Riyadh yang mendunia, serta perannya sebagai pusat pemerintahan dan ekonomi unik di jantung Kota Solo yang berseja
-
Pusat Komunitas dan Sejarah Arab
Episentrum historis dan kultural bagi komunitas keturunan Arab di Kota Surakarta, yang identitasnya tercermin kuat dalam arsitektur, kegiatan ekonomi, dan tradisi sosial keagamaan yang kental
-
Destinasi Wisata Religi Nasional
Keberadaan Masjid Riyadh dan penyelenggaraan Haul Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi setiap tahunnya menjadikan Kampungbaru sebagai magnet wisata religi berskala nasional yang menarik puluhan ribu jemaah dari berbagai penjuru
-
Jantung Pemerintahan dan Ekonomi Khas
Lokasinya sangat strategis karena menjadi tempat berdirinya kompleks Balai Kota Surakarta, sekaligus menjadi pusat denyut ekonomi unik yang didominasi oleh perdagangan produk dan jasa bernuansa Timur Tengah

Kelurahan Kampungbaru di Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta, menyajikan sebuah potret wilayah yang unik dan multifaset. Jauh dari citra sebuah desa pedesaan, Kampungbaru merupakan sebuah kelurahan urban yang dinamis, dikenal luas sebagai "Kampung Arab" yang legendaris sekaligus menjadi rumah bagi pusat pemerintahan Kota Surakarta. Wilayah ini ialah perpaduan antara denyut nadi birokrasi, spiritualitas yang mendalam dan warisan budaya yang hidup. Dengan lokasinya yang terpusat dan identitas yang kuat, Kampungbaru tidak hanya menjadi saksi bisu perjalanan sejarah kota, tetapi juga pemain aktif dalam dinamika sosial, ekonomi, dan keagamaan di Kota Solo.
Lokasi Strategis, Demografi, dan Pusat Pemerintahan
Secara administratif, Kelurahan Kampungbaru terletak di Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta, Provinsi Jawa Tengah. Posisinya yang berada di jantung kota menjadikannya salah satu kawasan paling strategis. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Surakarta, wilayah Kelurahan Kampungbaru memiliki luas sekitar 0,306 kilometer persegi atau 30,60 hektare. Meskipun luasnya relatif kecil, kelurahan ini menampung populasi yang signifikan. Data BPS pada tahun 2023 mencatat jumlah penduduk di Kampungbaru mencapai 3.054 jiwa.
Dengan luas wilayah dan jumlah penduduk tersebut, tingkat kepadatan penduduk di Kelurahan Kampungbaru sangat tinggi, yakni mencapai sekitar 9.980 jiwa per kilometer persegi. Angka ini menegaskan karakternya sebagai kawasan permukiman urban yang padat dan dinamis. Secara geografis, wilayah Kelurahan Kampungbaru berbatasan langsung dengan kelurahan-kelurahan penting lainnya. Di sebelah utara berbatasan dengan wilayah Kelurahan Stabelan (Kecamatan Banjarsari), di sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Kedung Lumbu, di sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Kauman, dan di sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Keprabon.
Keistimewaan utama dari tata ruang Kampungbaru yaitu keberadaan kompleks Balai Kota Surakarta. Hal ini menjadikannya pusat administratif dan birokrasi bagi seluruh kota. Kantor Wali Kota, sekretariat daerah, dan berbagai dinas penting lainnya berlokasi di sini, membuat aktivitas pemerintahan menjadi pemandangan sehari-hari yang menyatu dengan kehidupan masyarakat sekitar. Kehadiran pusat pemerintahan ini secara langsung memengaruhi dinamika sosial dan ekonomi, serta menjadikan Kampungbaru sebagai wajah representatif dari tata kelola Kota Surakarta.
Jejak Sejarah: Dari Loji Wurung ke Pusat Kebudayaan Arab-Jawa
Sejarah Kampungbaru kaya akan lapisan-lapisan narasi yang membentuk identitasnya hari ini. Jauh sebelum dikenal dengan namanya sekarang, pada era pra-kemerdekaan, kawasan ini disebut sebagai Loji Wurung. Nama tersebut mencerminkan fungsinya pada masa kolonial. Seiring berjalannya waktu dan berkembangnya Kota Surakarta, wilayah ini mulai menjadi tujuan bagi para pendatang, terutama para pedagang dan ulama dari Hadhramaut, Yaman.
Kedatangan komunitas keturunan Arab secara bertahap mengubah wajah sosial dan budaya kawasan ini. Mereka tidak hanya datang untuk berdagang, tetapi juga membawa serta tradisi, ajaran agama, dan arsitektur khas yang kemudian berakulturasi dengan budaya Jawa yang telah lebih dulu mengakar. Hubungan yang erat dengan Keraton Kasunanan Surakarta turut memperkuat posisi komunitas ini. Para pendatang Arab ini mendapatkan tempat dan pengakuan, memungkinkan mereka untuk membangun sebuah komunitas yang solid dan terpusat di sekitar wilayah yang kini dikenal sebagai Kecamatan Pasar Kliwon, dengan Kampungbaru sebagai salah satu simpul utamanya.
Warisan sejarah ini masih dapat disaksikan hingga kini melalui beberapa bangunan dengan arsitektur yang memadukan gaya Timur Tengah dan Jawa, serta melalui gang-gang sempit yang memberi nuansa khas. Identitas sebagai "Kampung Arab" bukan lagi sekadar julukan, melainkan sebuah penanda sejarah yang hidup, diwariskan dari generasi ke generasi melalui bahasa, adat istiadat, dan ikatan sosial yang kuat.
Masjid Riyadh dan Haul Akbar: Magnet Wisata Religi Nasional
Daya tarik utama dan pilar spiritualitas di Kelurahan Kampungbaru merupakan keberadaan Masjid Riyadh. Didirikan oleh Habib Alwi bin Ali Al-Habsyi, masjid ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat kegiatan keagamaan dan sosial yang memiliki pengaruh jauh melampaui batas kelurahan. Masjid ini menjadi simbol penting dari warisan ulama besar dan menjadi tujuan peziarah dari berbagai daerah di Indonesia.
Puncak dari aktivitas keagamaan yang berpusat di Masjid Riyadh ialah perhelatan Haul Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi, ayah dari pendiri masjid. Acara tahunan ini merupakan salah satu haul terbesar di Indonesia, yang secara konsisten mampu menarik puluhan ribu, bahkan terkadang ratusan ribu jemaah. Selama beberapa hari, kawasan Pasar Kliwon, khususnya di sekitar Jalan Kapten Mulyadi yang melintasi Kampungbaru, akan berubah menjadi lautan manusia. Para jemaah datang dari berbagai latar belakang sosial dan geografis untuk mengikuti rangkaian acara yang terdiri dari pembacaan Al-Qur`an, zikir, ceramah, dan pembacaan riwayat hidup Habib Ali Al-Habsyi.
Fenomena Haul ini memberikan dampak yang luar biasa. Secara spiritual, ia menjadi momen untuk mempererat persaudaraan sesama muslim dan mengenang jasa para ulama. Secara ekonomi, acara ini menggerakkan roda perekonomian lokal secara masif. Hotel, penginapan, pedagang kaki lima, dan toko-toko di sekitar area tersebut meraup keuntungan signifikan. Fenomena ini menjadikan Kampungbaru sebagai destinasi wisata religi yang mapan dan memiliki reputasi nasional.
Denyut Nadi Ekonomi: Perdagangan Khas dan Jasa yang Terus Berkembang
Ekonomi di Kelurahan Kampungbaru berdenyut selaras dengan identitas budaya dan religiusnya. Karakteristik utama kegiatan ekonomi di sini yaitu perdagangan barang dan jasa yang bernuansa Timur Tengah dan Islami. Di sepanjang jalan-jalan utama dan gang-gang di sekitarnya, berderet toko-toko yang menjual aneka produk khas yang menjadi buruan para pengunjung dan peziarah.
Komoditas yang paling menonjol antara lain parfum atau minyak wangi non-alkohol, perlengkapan ibadah seperti tasbih, sajadah, dan busana muslim (gamis, abaya, dan baju koko), serta kitab-kitab agama dan buku-buku Islami. Selain itu, sektor kuliner juga menjadi bagian tak terpisahkan dari ekonomi lokal. Beberapa rumah makan dan kedai menyajikan hidangan khas Timur Tengah, seperti nasi kebuli, kari, dan aneka olahan daging kambing, yang menawarkan pengalaman otentik bagi para pengunjung.
Sektor jasa juga berkembang pesat, terutama yang berkaitan dengan kebutuhan komunitas Muslim. Banyak berdiri biro perjalanan yang melayani ibadah haji dan umrah, menunjukkan peran penting kelurahan ini sebagai hub bagi calon jemaah. Saat perhelatan Haul Akbar, denyut ekonomi ini mencapai puncaknya. Ribuan pedagang musiman turut meramaikan suasana, menjual segala macam barang mulai dari makanan, minuman, pakaian, hingga suvenir. Aktivitas ekonomi ini menjadi penopang kesejahteraan bagi sebagian besar penduduknya dan menciptakan sebuah ekosistem pasar yang unik dan tangguh.
Wajah Sosial dan Akulturasi Budaya
Kehidupan sosial di Kelurahan Kampungbaru mencerminkan perpaduan harmonis antara budaya Arab-Indonesia dan budaya Jawa. Interaksi yang telah terjalin selama ratusan tahun melahirkan sebuah tatanan sosial yang unik. Dalam percakapan sehari-hari, tidak jarang terdengar campuran antara Bahasa Indonesia, Bahasa Jawa, dan beberapa kosakata Bahasa Arab.
Ikatan kekerabatan dan komunal terasa sangat kuat. Semangat gotong royong dan solidaritas menjadi pilar utama dalam kehidupan bermasyarakat, terutama dalam penyelenggaraan acara-acara keagamaan besar seperti Haul Habib Ali. Lembaga pendidikan berbasis agama, seperti madrasah dan pondok pesantren, juga turut memainkan peran penting dalam membentuk karakter generasi muda dan melestarikan nilai-nilai keislaman.
Meskipun identitas Arab sangat kental, masyarakat Kampungbaru hidup berdampingan secara damai dengan komunitas lain di sekitarnya. Akulturasi ini terlihat dalam banyak aspek, mulai dari kuliner yang disesuaikan dengan lidah lokal hingga partisipasi dalam kegiatan sosial yang lebih luas di tingkat kota. Keharmonisan inilah yang membuat Kampungbaru menjadi contoh nyata dari keberagaman dalam bingkai persatuan di Kota Surakarta.
Melestarikan Warisan di Tengah Modernitas
Kelurahan Kampungbaru di Kecamatan Pasar Kliwon merupakan sebuah entitas yang kompleks dan berharga bagi Kota Surakarta. Wilayah ini ialah bukti nyata bahwa sejarah, spiritualitas, dan pemerintahan dapat hidup berdampingan dan saling menguatkan dalam sebuah ruang geografis yang terbatas. Perannya sebagai "Kampung Arab" menjadikannya sebagai penjaga warisan budaya, sementara keberadaan Masjid Riyadh dan tradisi Haul menjadikannya sebagai mercusuar spiritualitas. Di sisi lain, fungsinya sebagai pusat pemerintahan memberinya peran sentral dalam dinamika modern Kota Solo.
Tantangan ke depan ialah bagaimana menyeimbangkan pelestarian warisan budaya dan arsitektur yang tak ternilai harganya dengan tuntutan perkembangan kota yang modern dan dinamis. Menjaga karakter unik Kampungbaru sambil terus beradaptasi dengan perubahan zaman akan menjadi kunci agar kelurahan ini tetap relevan dan terus bersinar. Sebagai jantung sejarah, religi, dan pemerintahan, Kampungbaru akan terus menjadi salah satu wajah terpenting yang merepresentasikan jiwa Kota Surakarta.